Iya, gitu.
Oktober 24, 2017
saya iri,
pada kelambu abu yang mengambu tiap sisi tubuh kamu
di tengah malam mengetahui bagian kelam kamu
tanpa jejak di esok hari ketika kamu kembali berpijak
sungguh, berapa banyak ego yang harus saya usir?
atas ucap perpisahan yang kini semakin nyaring
menghantam desir hati yang sebenarnya sudah terbaring
pasrah; atas peninggalan kamu di balik padang pasir
ada gemuruh runtuh yang tak pernah kamu dengar
betapa saya merelakannya di tiap jengkal bentang jarak
pikirlah lagi, sayang
apa ini janji kamu untuk tidak membuat saya nanar
di antara hiruk pikuk masa tanpa ada gerak
saya sadari,
kamu ditikam belenggu harmonisasi,
dan saya,
tertikam pada ragu kembalinya kita pada sama sisi.
pada kelambu abu yang mengambu tiap sisi tubuh kamu
di tengah malam mengetahui bagian kelam kamu
tanpa jejak di esok hari ketika kamu kembali berpijak
sungguh, berapa banyak ego yang harus saya usir?
atas ucap perpisahan yang kini semakin nyaring
menghantam desir hati yang sebenarnya sudah terbaring
pasrah; atas peninggalan kamu di balik padang pasir
ada gemuruh runtuh yang tak pernah kamu dengar
betapa saya merelakannya di tiap jengkal bentang jarak
pikirlah lagi, sayang
apa ini janji kamu untuk tidak membuat saya nanar
di antara hiruk pikuk masa tanpa ada gerak
saya sadari,
kamu ditikam belenggu harmonisasi,
dan saya,
tertikam pada ragu kembalinya kita pada sama sisi.
(a.d // 2017)
ditulis dengan kesadaran penuh, pada malam menuju ujian
0 komentar