Satu Ritme
Desember 27, 2016
Saya melihat dan mengenal banyak orang yang bersama dan berirama, tanpa saya pernah tahu bagaimana menjadi mereka. Pernah tersirat untuk bertahun bersama dalam satu ruang lingkup yang sama? Belajar mengenai hal yang sama-sama dicintai; belajar membenarkan intuisi-intuisi satu sama lain; dan belajar mengenai pergi ketika tidak satu asa, mungkin. Itu tidak lagi menjadi cita saya, ketika saya sudah pernah merasakannya.
“Gamau, ngerusak fungsi temen tau ga. Friend in the same circle should always be friend. Not even more.”
Ketika orang lain memiliki prinsip untuk tidak ingin diduakan, untuk tidak meninggalkan, untuk tidak dengan yang berbeda sara, untuk tidak-tidak yang lainnya. Saya berprinsip demikian (dan yang kedua terakhir, tentunya). Saya ingin dengan yang berbeda warna dengan saya aktivitasnya, dengan latar belakang yang tidak menutup kemungkinan sama. Saya meletup dan penuh ambisi tidak bisa dengan orang yang demikian, jika dipaksa (mau dengan embel-embel rasa sayang pun) tidak pernah berhasil. Lalu? Lalu hanya bisa disudahi, dengan dalih sebelum satu sama lain merasa dirugikan oleh suatu yang pernah menjadi hal ter-membahagiakan.
“Lo mau seegois apa sih? Gimana kalau itu emang jodoh lo?”
Menemukan minat yang sesuai, tidak sama dengan menemukan jodoh yang benar karena sesuai belum tentu benar, dan sebaliknya. Mencari yang satu ritme, bukan satu nada karena bersama dalam ritme yang sesuai jauh lebih menyenangkan; dibandingkan memaksa dalam nada yang sama. Yang saya tahu, akan ada penuh notasi selama bersama; tanpa tahu perlu diberi judul apa dan tanpa pernah diketahui bagaimana partiturnya kelak.
“Saya ga suka sama filosofi biar air mengalir kemana. Emang kamu mau kalau airnya masuk ke selokan, ngelewatin terjunan?”
- Pak Arief, Dosen Lingkungan
Semuanya masih bisa diusahakan. Bukan untuk menjadi satu ritme, tetapi konsisten mengikuti ritme yang sama dari awal hingga akhir lagu.
Yang terus berulang suatu saat henti
Yang pernah jatuh ‘kan berdiri lagi
Yang patah tumbuh, yang hilang berganti
- Banda Neira,
Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti
Kutipan lagu terfavorit di album kedua Banda Neira. Saya memang sesedih itu karena Banda Neira henti, band indie pertama yang asjannqwhiowo (ga bisa diungkapkan pakai kata), yang lagunya bisa saya putar tiap saya sedih, seneng, suka, dan sendiri. Band pertama yang bisa bikin nangis. Ntap sekali Mas Ananda Badudu & Mbak Rara Sekar. Sampai jumpa!
0 komentar